Senin, 14 Januari 2013

PLANO TEST



A.  PEMERIKSAAN 5

I.         JUDUL                                    : PLANO TEST
II.      TANGGAL PRAKTIKUM  :
III.   METODE                                : Imunokromatografi dan cara langsung
IV.   TUJUAN                                 : HCG merupakan suatu tahap tes yang menggunakan urine secara imunokromatografi untuk mendeteksi adanya human karionik gonadotropin dalam urine dan juga mendeteksi adanya kehamilan.
V.      PRINSIP                                  :
A.    Immunokromatografi, HCG merupakan suatu tahap tes yang menggunakan urine secara imunokromatografi untuk mendeteksi adanya human karionik gonadotropin dalam urine dan juga mendeteksi adanya kehamilan.
B.     Langsung, HCG yang terdapat dalam urine bereaksi dengan anti HCG yang terikat pada partikel latex. Reaksi ini ditunjukan dengan adanya aglutinasi pada partikel latex.
VI.   DASAR TEORI
Metode tes kehamilan yang dilakukan adalah metode imunokromatografi dengan menggunakan sampel berupa air seni (urin). Alat yang digunakan untuk pemeriksaan merupakan alat yang dijual secara bebas dan dapat dipergunakan kapanpun dan oleh siapapun. Keuntungan strip uji kehamilan adalah bisa dilakukan sendiri di rumah, prosedur pengujian yang mudah dilakukan, harga strip yang relatif murah, jenis alat tes bervariasi, akurasi hasil uji yang tinggi (97 – 99%), serta dapat mendeteksi kehamilan lebih dini.
Mekanisme kerja tes kehamilan melalui air seni ini adalah dengan menggunakan prinsip adanya ikatan antibodi antigen. Sebagai antigennya adalah adanya protein hormon beta hCG (hormon yang dihasilkan trofoblas/bagian plasenta) dan sebagai antibodi adalah antibodi yang dihasilkan binatang kuda yang disuntik hormon beta Hcg.
Antibodi yang berupa protein ini dikloning pada bakteri E coli. Kemudian antibodi dalam jumlah tertentu ini, setelah direaksikan dengan zat tertentu yang akan berubah warna bila bereaksi dengan antigen, ditempelkan pada alat pemeriksa. Kadar antibodi yang ada akan menentukan kepekaannya. Karena itu, ada dua macam kepekaan, yaitu 25 mIU dan 50 mIU. Kepekaan ini yang menentukan pada hari ke berapa alat ini sudah peka untuk mendeteksi kehamilan. Sebagai contoh, untuk 25 mIU, dapat mendeteksi kehamilan saat hari pertama mens berikut, sementara 50 mIU perlu sepuluh hari terlambat.
Aschheim dan Zondek telah menggunakan uji kehamilan dengan penanda hCG sejak tahun 1920. Uji biologis ini menggunakan hewan (katak, tikus, kelinci) yang kemudian disuntik dengan serum atau urin perempuan yang diduga hamil untuk melihat reaksi yang terjadi pada ovarium atau testes hewan percobaan tersebut. Prinsip uji biologik penanda 3 hCG selanjutnya dikembangkan dengan cara mengambil antiserum hCG dari hewan yang telah memproduksi antibodi hasil stimulasi dengan hCG (protein dengan sifat antigenik). Bila urin diteteskan ke antiserum maka terjadi mediasi aktifitas antiserum untuk beraksi dengan partikel lateks yang dilapisi dengan hCG (latex particle agglutination inhibition test) atau sel darah merah yang telah disensitisasi dengan hCG (hemagglutination inhibition test). Pada perempuan yang hamil, hCG di dalam urinnya akan menetralisir antibodi dalam antiserum sehingga tidak terjadi reaksi aglutinasi. Pada perempuan yang tidak hamil, tidak terjadi netralisasi antibodi sehingga terjadi reaksi aglutinasi.
Reaksi antigen antibody
Reaksi pembentukan kompleks antigen antibodi antara HCG sebagai antigen dan anti HCG sebagai antibody bersifat spesifik. Antibodi akan mengenali antigen pada lokasi tertentu yang disebut epitop. Antibodi poliklonal adalah antibodi yang mengenali suatu antigen melalui ikatan dengan epitop yang bervariasi karena berasal dari sel B yang berbeda-beda. Sedangkan antibodi monoklonal lebih spesifik mengenali antigen pada satu epitop tertentu karena berasal dari satu sel B yang dibiakan.
Terdapat 3 antibodi anti HCG pada strip
Antibodi tersebut adalah antibodi anti HCG yang pertama (kita sebut saja anti HCG-1), antibodi anti HCG yang kedua (anti HCG-2) dan anti-anti HCG-1 (antibodi dengan anti HCG-1 sebagai antigen). Ketiga antibodi itu terletak di lokasi yang berbeda dengan sifat yang berbeda pula. Anti HCG-1 bersifat mobile sehingga bisa ikut berpindah ke area Test (T) dan Control (C) melalui gerakan kapilaritas. Anti HCG-1 merupakan antibodi monoklonal sedangkan anti HCG-2 bersifat poliklonal. Anti HCG-2 di area T dan anti-anti HCG-1 di area C bersifat fixed atau tertanam, artinya tidak dapat berpindah sehingga tidak ikut mengalir/berpindah tempat.






VII.          PRA ANALITIK
1.                   Persiapan Pasien          :  Tidak memerlukan persiapan Khusus
2.                   Persiapan sampel         :  Urin
3.                   Alat dan Bahan
a.       Tabung reaksi
b.      Test strip
c.       Urine
d.      Slide
e.       Klinipet
f.       kontrol positif
g.      kontrol negative
h.      Reagen latex
VIII.       ANALITIK
A.    Metode strip
1.      Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.      celupkan strip kedalam urine selama 10-15 detik
3.      keluarkan kemudian baca hasilnya setelah 3 detik
B.     Langsung
1.      Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.      Pipet pada tempat berbeda sampel urine sebanyak 1 tetes (3 tempat)
3.      Tambahkan masing-masing 1 tetes control positif, control negatif dan reagen latex.
4.      Campur dan homogenkan.
5.      Amati reaksi yang terjadi, hasil dibaca setelah 2 menit. Hasil tidak dibaca setelah 3 menit
IX.             INTERPRETSASI HASIL
A.    Interpretasi Hasil metode strip :
Ø  Positif : jika ada dua garis pada daerah control dan test.
Ø  Negatif : jika terdapat satu garis pada daerah control.
- Invalid : - Terbentuk garis pada area T dan tidak terbentuk garis pada area C
                 - Tidak terbentuk garis
B.     Interpretasi hasil metode langsung :
Ø  Positif : Terjadi aglutinasi.
Ø  Negatif : Tidak terjadi aglutinasi

X.                HASIL PEMERIKSAAN
NAMA PASIEN          :
JENIS KELAMIN       :
UMUR                         :
HASIL                         :

XI.             PEMBAHASAN
Terdapat 3 antibodi anti HCG pada strip
Antibodi tersebut adalah antibodi anti HCG yang pertama (kita sebut saja anti HCG-1), antibodi anti HCG yang kedua (anti HCG-2) dan anti-anti HCG-1 (antibodi dengan anti HCG-1 sebagai antigen). Ketiga antibodi itu terletak di lokasi yang berbeda dengan sifat yang berbeda pula. Anti HCG-1 bersifat mobile sehingga bisa ikut berpindah ke area Test (T) dan Control (C) melalui gerakan kapilaritas. Anti HCG-1 merupakan antibodi monoklonal sedangkan anti HCG-2 bersifat poliklonal. Anti HCG-2 di area T dan anti-anti HCG-1 di area C bersifat fixed atau tertanam, artinya tidak dapat berpindah sehingga tidak ikut mengalir/berpindah tempat.

Bila urin mengandung HCG
HCG sebagai antigen, akan berikatan dengan anti HCG. Gaya kapilaritas membawa senyawa ikatan HCG dan anti HCG-1 menuju daerah T. Di daerah T, anti HCG-2 akan berikatan dengan HCG yang telah berikatan dengan anti HCG-1 namun pada epitop yang berbeda. Terbentuklah kompleks anti HCG-1, HCG, dan anti HCG-2. Enzim menjadi aktif dan daerah T berwarna merah. Selanjutnya, sisa anti HCG-1 yang belum berikatan dengan HCG akan menuju daerah C dan berikatan dengan anti-anti HCG-1. Kompleks ini akan mengaktifkan enzin sehingga daerah T berwarna merah. Pada akhirnya, akan terlihat dua strip merah yaitu pada daerah T dan daerah C dan diintepretasikan sebagai hasil positif hamil.

Bila urin tidak mengandung HCG
Urin tidak mengandung HCG sehingga tidak terjadi kompleks anti HCG-1 dengan HCG. anti HCG-1 yang bebas kemudian menuju ke area T tempat anti HCG-2. Karena tidak ada HCG maka tidak akan terjadi interaksi antara anti HCG1 dan anti HCG-2 melalui perlekatan dengan HCG pada epitop berbeda.Enzim pada anti HCG-1 tetap inaktif dan reaksi enzimatis pembentukan warna tidak terjadi. Akibatnya anti HCG-1 akan terus ikut gaya kapilaritas menuju daerah C. Di daerah ini terjadi kompleks antigen antibodi yaitu anti HCG-1 (sebagai antigen) dengan anti anti HCG-1 (sebagai antibodi terhadap anti-HCG-1). Kompleks ini membuat enzim aktif sehingga terbentuk warna merah. Warna merah hanya pada area C sehingga hanya ada satu garis dan diintepretasikan sebagai hasil negatif hamil (tidak hamil).
       Pada praktikum uji kehamilan (direct latex agglutination)kita menguji urin untuk menunjukkan pada urin wanita hamil tekandung hormon hCG (Human Chorionic Gonadtropine) dan menunjukkan tidak terkandung (negative) hCG (Human Chorionic Gonadtropine) pada urin wanita tidak hamil dan urin pria. Dengan menggunakan metode aglutinasi lateks. Hormon Chorionic Gonadotropin (hCG) adalah hormon gonadotropin
yang disekresi oleh wanita hamil dan disintesa oleh sel-sel sintitio tropoblas dari placenta. Hormon hCG mempunyai dua rangkaian rantai peptide yaitu α yang mengandung 92 asam amino dan β mengandung 145 asam amin. Hormon Chorionic Gonadotropin (hCG) mempertahankan korpus luteum yang terbentuk ketika sel telur dibuahi yang dilanjutkan dengan terjadinya ovulasi. Hormon hCG berdampak pada meningkatnya produksi progesterone oleh indung telur sehingga menekan menstruasi dan menjaga kehamilan. Produksi hormon hCG akan meningkat hingga hari ke 70 dan akan menurun selama sisa kehamilan. Hormon ini di ekskresikan melalui urin juga terdapat dalam serum. Kali ini kta akan mendeteksi hormon hormon hCG di urin wanita hamil.
       Pada praktikum kali ini dilakukan dengan dua metode yaitu metode strip dan slide aglutinasi, dan pada sampel pasien diperoleh hasil yang negative yaitu terbentuk 1 garis pada are control untuk metode strip dan tidak terjadi aglutinasi pada metode slide aglutinasi.

XII.          KESIMPULAN
Uji Plano tes didasarkan pada terbentuknya hCG pada urin pasien. Untuk metode strip di dasarkan pada terbentuknya garis yang menggunakan prinsip immunochromatograpi, dan metode slide aglutinasi yaitu didasarkan pada terbentuknya reaksi aglutinasi.
Dari hasil pemeriksaan pada pasien diperoleh bahwa pasien tidak dalam kondisi hamil Karen hasil uji plano tes negative.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar