Senin, 14 Januari 2013

UJI TPHA



PEMERIKSAAN 3
I.         JUDUL                                    : PEMERIKSAAN TPHA
II.      TANGGAL PRAKTIKUM  :
III.   METODE                                : TPHA dan Rapid test
IV.   TUJUAN                                 : Tes hemaglutinasi untuk menentukan Antibodi terhadap Treponema  pallidum secara kualitatif dan kuantitatif.
V.      PRINSIP                                  : Tes STL (Syphilis TPHA  Liquid) menggunakan metode Hemaglutinasi tidak langsung (indirect hemagglutination) untuk mendeteksi antibody spesifik terhadap Treponema Pallidum.
VI.   DASAR TEORI
Sipilis merupakan penyakit menular berbahaya. Penyebabnya kuman Treponema Palledum. Penyebaran paling banyak melalui hubungan seksual. Perkembangan penyakit di dalam tubuh melalui beberapa tahapan:
·            Sipilis Primer (berlangsung antara 4-6 minggu)
·            Sipilis Sekunder
·            Sipilis Laten, biasanya tanpa gejala. Penderita biasanya merasakan bahwa tubuhnya sudah sehat/sembuh. Padahal kuman masih ada dalam darah
·            Sipilis Stadium Lanjut (setelah bertahun-tahun)
Sipilis stadium lanjut dapat menginfeksi syaraf. Biasanya terjadi setelah 2-20 bulan sejak tertular. Selain syaraf, kuman juga menginfeksi pembuluh darah. Biasanya terjadi setelah 7 tahun sejak tertular. Jadi jangan kaget, sipilis juga menjadi salah satu penyebab stroke. Terjadi setelah 20 tahun sejak terserang.
Untuk mengetahui apakah Anda tertular sipilis atau tidak, Anda harus melakukan Test TPHA (Treponema Palledum Hemaglutination). Tindakan ini untuk mengetahui secara spesifik apakah ada reaksi antibodi terhadap kuman treponema. Jika di dalam tubuh ditemukan adanya kuman ini, maka hasil tes positif. Pasien dinyatakan positif tertular.

Selain Test TPHA dilakukan juga test VDRL (Venereal Desease Research Laboratory). Test VDRL dilakukan juga sebagai tindakan skrining awal. Di laboratorium petugas akan mengambil sampel cairan dari tubuh Anda. Kuman TREPONEMA PALLEDUM ini awalnya berkembang biak di tempat masuknya. Bisa dari saluran kencing atau luka infeksi. Kemudian sebagian kuman akan masuk menyerang kelenjar getah bening yang berdekatan dan peredaran darah. Maka biasanya pemeriksaan dilakukan dengan mengambil cairan jaringan dari lesi, kelainan kulit dan darah.

Jika positif dokter biasanya memberikan antibiotik. Setelah selesai pengobatan terhadap sifilis maka kembali dilakukan test VDRL yang biasanya menjadi negatif setelah setahun sembuh. VDRL biasanya dipakai untuk menilai hasil efektifitas pengobatan. Jadi seseorang yang terjena sipilis, selama pengobatan harus melakukan VDRL berulang. Tes ini akan menjadi negatif setelah 6-24 bulan setelah pengobatan. Walau pun banyak juga yang tidak berhasil sembuh setelah pengobatan. Bahayanya lagi, sipilis sering juga disertai dengan penyakit menular seksual (PMS) lainnya. Seperti Gonoerhoe (kencing nanah). Untuk melakukan 2 test ini Anda tinggal mendatangi laboratorium klinik di kota Anda.
Treponema Pallidum Hemagglutination (TPHA) merupakan suatu pemeriksaan serologi untuk sipilis dan kurang sensitif bila digunakan sebagai skrining (tahap awal/primer) sipilis. Manfaat Pemeriksaan Pemeriksaan konfirmasi untuk penyakit sipilis dan mendeteksi respon serologis spesifik untuk Treponema pallidum pada tahap lanjut/akhir sipilis.
Sifilis yang mempunyai nama lain Great pox, lues venereum, dan morbus gallicus merupakan suatu penyakit kronik dan bersifat sistemik yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Pada perjalanannya dapat menyerang hampir semua alat tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten, dapat ditularkan melalui kontak seksual dan dari ibu ke janin. Penyakit ini juga mempunyai stadium remisi dan eksaserbasi. Di Indonesia insidensinya 0,61% dengan penderita terbanyak adalah stadium laten, disusul stadium 1 yang jarang, dan yang langka adalah sifilis stadium II. Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan akuisita (dapatan). Sifilis kongenital dibagi menjadi sifilis dini (sebelum 2 tahun), lanjut (setelah 2 tahun), dan stigmata. Sifilis akuisita dapat dibagi menurut 2 cara, yaitu secara klinis dan epidemiologik. Menurut klinis sifilis dibagi menjadi 3 stadium: Stadium I, stadium II, dan stadium III. Secara epidemiologik menurut WHO dibagi menjadi: Stadium dini menular (dalam dua tahun sejak infeksi), terdiri atas stadium I (9-90 hari), stadium II (6 minggu-6 bulan atau 4-6 bulan setelah muncul lesi primer, dan stadium laten dini (dalam 2 tahun infeksi). Stadium lanjut tak menular (setelah dua tahun sejak infeksi), terdiri atas stadium laten lanjut (lebih dari 2 tahun), dan stadium III (3-20 tahun).

VII.          PRA ANALITIK
A.    Persiapan pasien     :      Tidak ada persiapan khusus
Persiapan sampel    :      Serum
B.     ALAT
1.        Mikropipet (25 µl, 75 µl, 100 µl).
2.        Rak tabung.
3.        Sentrifugasi.
4.        Spoid.
5.        Sumur TPHA.
6.        Tabung K3.
7.        Tourniqutte.
C.    BAHAN
1.        Kapas alkohol.
2.        Rapid test.
3.        Reagen TPHA (control cell, test cell, buffer conjugate).
4.        Sampel darah(serum atau plasma).





VIII.       ANALITIK
Dengan cara Kualitatif :
1.                   Disiapkan sumur A, B, dan C
2.                  Ditambahkan 190 чL larutan diluent, dihomogenkan. Lalu ditambahkan 10 чL sampel
3.                   Dipipet kesumur B dan C sebanyak 75 чL
4.                   Ditambahkan reagen test disumur B sebanyak 75 чL
5.                   Dan ditambahkan reagen kontrol di sumur C sebanyak 75 чL
6.                   Dicampur, dihomogenkan dan diinkubasi selama 45-60 menit

Dengan cara Kuantitatif :
1.                  Dipipet sebanyak 25 чL dari sumur B pada  uji kualitatif kedalam sumur A dan B
2.                  Kemudian dipipet 25 чL larutan diluent disumur B dicampur dihomogenkan, lalu Diambil sebanyak 25µl dari lubang B, campur lalu pindahkan ke C sebanyak 25 µl, begitu seterusnya hingga ke lubang H dan 25 µl terakhir disisihkan.
3.                   Ditambahkan reagen test pada sumur B – H sebanyak 75 чL.
4.                   Dicampur, dihomogenkan lalu di inkubasi 45-60 menit.









IX.             INTERPRETASI HASIL
Hasil Posisitif    :      Terjadi Aglutinasi kemudian dilanjutkan untuk tingkatan titer yang lebih besar
Hasil Negatif    :      Tidak terjadi aglutinas
tpha-n2.JPG

X.                HASIL
NAMA                    :    I Wayan Agus Sutrimo
JENIS KELAMIN  :    Laki-Laki
UMUR                     :    20 thn
HASIL                     :    Negatif (tidak terjadi aglutinasi)

XI.             PEMBAHASAN
Sipilis merupakan penyakit menular berbahaya. Penyebabnya kuman Treponema Palledum. Penyebaran paling banyak melalui hubungan seksual.
Secara garis besar pemeriksaan serologis Treponema palidum dibagi menjadi 2, yaitu pemeriksaan non treponema (uji Wassermann, Rapid Plasma Reagin, Venereal Disease Research laboratory) dan pemeriksaan treponema ( TPPA, FTA-Abs, MHA-TP / TPHA, EIA, uji Western Blot). Pemeriksaan non treponema yaitu uji yang dilakukan dengan menggunakan suspensi dari sisa jaringan yang telah terinfeksi oleh Bakteri Treponema palidum sebelumnya. Sementara untuk uji Treponama yaitu uji yang menggunakan suspense langsung bakteri Treponema plidum.
Uji non-treponema adalah uji yang mendeteksi antibodi IgG dan IgM terhadap materi-materi lipid yang dilepaskan dari sel-sel rusak dan terhadap antigen-mirip-lipid (lipoidal like antigen) Treponema pallidum. Karena uji ini tidak langsung mendeteksi terhadap keberadaan Treponema pallidum itu sendiri, maka uji ini bersifat non-spesifik. Uji ini akan menjadi negatif 1-4 minggu setelah pertama kali memberi hasil positif (seiring dengan pengobatan atau menyembuhnya lesi), sehingga hanya digunakan untuk melihat keberhasilan pengobatan terhadap penyakit sifilis. Uji non-treponemal meliputi VDRL (Venereal disease research laboratory), USR (unheated serum reagin), RPR (rapid plasma reagin), dan TRUST (toluidine red unheated serum test).
Pada praktikum kali ini dilakukan uji Treponema terhadap pasien, dan di perolah hasil negative yang ditandai dengan tidak terbentuknya aglutinasi.


XII.          KESIMPULAN
pemeriksaan serologis Treponema palidum dibagi menjadi 2, yaitu pemeriksaan non treponema (uji Wassermann, Rapid Plasma Reagin, Venereal Disease Research laboratory) dan pemeriksaan treponema (TPPA, FTA-Abs, MHA-TP / TPHA, EIA, uji Western Blot).
            Pada pemeriksaan yang di lakukan diperolah hasil negative karena tidak terjadi aglutina pada sumur uji.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar